Ikterus
Ikterus, atau kuning pada bayi merupakan keadaan dimana
kadar bilirubin (suatu zat hasil pengolahan sel darah merah) yang meninggi di
dalam darah. Sebetulnya, setiap orang memiliki bilirubin dalam sel darah merahnya. Setiap jangka waktu
tertentu sel darah merah akan mati dan menguraikan sel-selnya diantaranya
menjadi bilirubin.
Normalnya yang bertugas menguraikan bilirubin
tersebut adalah hati, untuk kemudian dibuang lewat BAB. Saat bayi masih dalam
kandungan, hati sang ibulah yang mengambil tugas menguraikan bilirubin dalam sel darah merah bayi.
Ketika bayi lahir, perkembangan hatinya belum sempurna sehingga belum dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Akibatnya terjadi penumpukan bilirubin yang kemudian menyebabkan
timbulnya warna kuning pada kulit bayi.
(bidanku.com)
Keadaan itulah yang sedang dialami anakku yang baru saja
lahir. Sebelumnya, ketika pemeriksaan rutin, dokter anak yang sedang bertugas
melihat adanya tanda-tanda fisik Ikterus. Menurut dokter, jika tidak segera
ditangani, kadar bilirubin yang terus
meningkat dapat meracuni otak, terjadinya kerusakan saraf yang dapat
menyebabkan cacat seperti tuli, pertumbuhan terhambat atau kelumpuhan otak. Walaupun
tanda fisik nampak, namun dokter masih harus memastikan melalui hasil
laboratorium untuk mengetahui kadar bilirubin dalam darahnya. Dokter pun
kemudian mengambil sampel tes darah anakku.
Ngeri juga melihat bayi yang baru berumur beberapa hari
harus menerima suntikan untuk diambil sampel darahnya. Dokter bahkan sampai
harus dua kali menyuntik karena suntikan pertama gagal. Anak saya meraung-raung
kesakitan dibuatnya. Aduh dok...tidak bisakah darah saya saja yang
mewakilinya..hhmmm....kasihan anakku...
Selesai diambil, dokter pun kemudian menyuruh saya untuk
membawanya ke lab IGD untuk kemudian diukur tingkat bilirubin. Dan ternyata
benar saja, setelah hasilnya keluar, tingkat bilirubinnya mencapai 14,1.
Padahal ukuran normal <1 p="p">
Jadi,
tidak peduli apapun profesi, jabatan, pangkat Anda, selama memenuhi persyaratan
tersebut, maka Anda berhak untuk mendapatkan Jaminan Persalinan. Jangan ragu
untuk memanfaatkan fasilitas yang telah disiapkan pemerintah. Kita masih bisa
bersyukur walaupun negara kita tingkat korupsinya tinggi, namun untuk pelayanan
kesehatan gratis masih bisa disiapkan pemerintah. Bisa dibayangkan, bagaimana
jika tingkat korupsi di negeri ini rendah, betapa makmurnya negara kita. Lha,
koq ngebahasnya korupsi sih...:p
Menerima hasil lab tersebut, dokter masih harus bertanya
kepada kami apakah bersedia jika anak kami yang baru lahir harus menjalani fotogenik
fototerapi. Bayi yang mengidap Ikterus harus menjalani fototerapi agar kadar
bilirubin yang terdapat dalam darah diharapkan menurun dan keluar melalui BAB.
Fototerapi
Setelah sempat berdiskusi sejenak dengan
istri dan mengetahui dengan pasti bahwa tidak ada efek samping terhadap bayi,
kami pun menyetujuinya. Hanya saja bayi kami harus diberi penutup mata agar
cahaya terang yang dikeluarkan alat fototerapi tidak mengganggu penglihatannya.
Sebelumnya, bayi kami sempat menderita demam. Suhunya hingga
mencapai 38,5 derajat. Padahal ukuran normal bagi bayi sekitar 36 derajat. Penyebabnya
ternyata berasal dari pusar yang meradang. Akibat pusar yang belum kering dan
kurang mendapat perawatan (dibersihkan dengan alkohol). Perawat yang bertugas
jaga kemudian diberitahu dokter agar setiap tiga jam sekali dibersihkan dengan
alkohol sambil diberi salep. Pemberian obat penurun panas juga dilakukan agar suhu
tubuhnya tetap stabil.
Setelah menunggu beberapa lama, perawat pun kemudian
memanggil untuk selanjutnya dibawa ke ruang NICU. Di ruangan tersebut merupakan
tempat bayi-bayi yang harus mendapat perlakuan khusus, termasuk juga inkubator.
Memasuki ruangan tersebut, subhanallah...begitu banyak alat inkubator dan
hampir semua terisi. Ada yang menderita berat bayi lahir kurang (BBLK-dibawah
2,5kg), ada juga yang menderita bayi lahir tanpa anus, sehingga ketika BAB
keluar melalui liang vagina atau pusar sehingga harus menjalani operasi dan
masih ada juga beberapa bayi yang saya kurang mengetahui apa penyakitnya.
Melihat begitu banyak bayi yang dirawat di ruang NICU, dalam
hati saya bersyukur...Ya Allah, ternyata masih banyak bayi-bayi yang kondisinya
lebih parah dari anak kami. Bayi kami hanya harus menjalani fototerapi,
sementara bayi yang lain bahkan ada yang harus menjalani operasi.
Anak kami kemudian diletakkan ke tempat
tidur yang telah diterangi sinar fototerapi. Menyala biru terang. Dokter
menyarankan agar sering-sering diberi ASI agar bayi tidak mengalami dehidrasi.
Cahaya yang begitu terang cukup membuat bayi dehidrasi sehingga harus sering
diberi ASI. Waktunya pun teratur. Setiap tiga jam sekali atau bahkan setiap
bayi menangis karena ingin ASI.
Fototerapi ini dilaksanakan dengan durasi 2x24 jam. Berarti
kami masih harus bertahan di rumah sakit
setidaknya dua hari lagi. Itupun jika setelah perlakuan fototerapi, kadar
bilirubin menurun. Tetapi jika tidak, fototerapi masih akan tetap dilanjutkan.
Masih sekecil ini dirimu sudah harus menerima begitu banyak
perlakuan medis. Disuntik, imunisasi, minum obat, foto terapi...Sabar Nak
ya...walaupun Ayah tahu dirimu belum mengenal arti kesabaran. Ayah yakin, pasti
ada hikmah dibalik semua ini.
Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar; (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan:"Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun". (QS. Al-Baqarah:155-156)
Jaminan Persalinan
(JAMPERSAL)
Oh, iya. Bagi yang belum mengetahui, semua proses mulai
melahirkan hingga pasca melahirkan termasuk perawatan medis ibu dan bayi,
obat-obatan serta perawatan intensif (fototerapi) saya menggunakan Jaminan
Persalinan (JAMPERSAL). Persyaratannya pun cukup mudah koq. Yang penting anda
punya istri yang mau melahirkan, punya KTP serta KK dan pengantar dari puskemas
setempat, JAMPERSAL bisa terbit. Semua pelayanan kesehatan
gratis...tiss...tisss...
Syarat tambahan, istri Anda harus melahirkan di rumah sakit
pemerintah yang menyediakan JAMPERSAL. Jadi, umumnya rumah sakit swasta tidak
menyediakan jaminan tersebut. Hanya rumah sakit pemerintah. Ketika di ruang
NICU, istri saya sempat berbincang dengan salah satu pasien yang sebelumnya
melahirkan di rumah sakit swasta yang cukup terkenal di Makassar. Alasannya
memilih melahirkan di rumah sakit tersebut karena menganggap perawatan serta
pelayanannya jauh lebih baik jika dibandingkan rumah sakit umum pemerintah. Dan
ternyata, pasien tersebut juga masih tetap harus dirujuk ke RS pemerintah. Dan
berapa yang harus dibayar ketika di RS swasta? 16 juta rupiah. Sekali lagi
ya...ENAM BELAS JUTA RUPIAH...hiii...bergidik aku dibuatnya...bayaran sebesar
itu namun tetap dirujuk ke RS pemerintah.
Ketika hamil, dokter kandungan yang memeriksakan kandungan
istri saya setiap bulan dari awal memang menyarankan untuk melahirkan di RS
pemerintah Tipe A di Makassar yaitu di RS Wahidin Sudirohusodo. Lalu
menggunakan JAMPERSAL yang memang merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk
menekan angka kematian ibu dan bayi. Apalagi mengingat istri saya memiliki
riwayat hipertiroid dan anemia. Sehingga jika dirawat di RS yang bertipe A,
segala tindakan medis dilaksanakan sebaik mungkin dengan peralatan serta
perlengkapan yang lengkap. Atas saran dokter tersebut maka kami memutuskan
untuk menjalani proses persalinan di RS Wahidin Sudirohusodo (Baca: Ahlan
wasahlan Anakku!)
Karena itulah begitu dokter anak mendeteksi adanya Ikterus
pada bayi kami, ia pun disarankan untuk menjalani fototerapi. JAMPERSAL tidak
hanya berlaku pada ibu yang melahirkan tetapi juga pada anak yang dilahirkan. Tidak
bisa dibayangkan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan jika tidak
menggunakan JAMPERSAL. Apalagi tindakan fototerapi yang tentu menelan biaya
jutaan rupiah hingga tindakan operasi yang bahkan mencapai puluhan juta rupiah.
2 komentar:
Iya...
Ibu dan ayahlah yang akan mengajarkan arti kesabaran pada anak-anaknya.
Hiks,,menetes air mataku baca tulisanmu bang.
Bagus...
Tabah ya. Semoga anaknya cepat sehat, amiin.
Posting Komentar