Senin, 08 Oktober 2018

Hari ke - 29 : K's Farm

Industri keenam. Di Tokachi, hanya sedikit UKM yang menerapkan industri keenam. Yaitu mulai produksi, pengolahan hingga layanan jasa semua dilaksanakan oleh satu usaha. K's Farm salah satunya. Usaha yang berdiri sejak 2008 ini memproduksi sendiri hasil pertanian (gandum, kentang, kacang dan sugar bit). Kemudian mengolahnya  menjadi beberapa produk seperti camilan, roti, dan lain-lain. Setelah itu menjualnya di Cafe yang ia dirikan. 

K's Farm Cafe

Munenori Kaji, pemilik K's Farm memiliki lahan seluas 35 hektar. Dia menjelaskan, rata-rata petani di Tokachi memiliki lahan seluas 40 hektar. Sambil menjelaskan, dia lalu mencabut salah satu tanaman sugar bit dan memperlihatkan kepada kami. Tidak lama lagi tanaman tersebut akan segera dipanen kemudian diganti dengan tanaman gandum. Tanaman sugar bit tidak akan bertahan ketika musim salju, tetapi beda halnya dengan tanaman gandum.

Tanaman gandum, dan di belakangnya tanaman sugar bit

Sugar bit, bahan baku pembuat gula pasir. Kalau kita iklim tropis, tanaman tebu

Pada musim salju, suhu di Tokachi bisa mencapai -20 derajat celcius. Berada di ruangan dengan suhu 20 derajat saja sudah dingin, tapi ini minus!! Katanya, jika ada handuk basah lalu dibawa keluar ruangan, hanya hitungan detik, handuk tersebut akan menjadi keras, bisa jadi tongkat. Salju bisa setebal 1 meter menutupi semua lahan pertanian di Tokachi. Nah, sebelum salju turun, petani disini ramai-ramai menanam gandum, karena tanaman tersebut mampu bertahan dengan salju yang tebalnya bisa mencapai 1 meter. Pada saat itulah aktivitas pertanian di Tokachi berhenti. Ketika musim dingin telah tiba. Tinggal menunggu musim dingin selesai, berganti musim semi, dan tanaman gandum yang sebelumnya "tidur" akan tumbuh subur.

Pak Kaji membawa kami berkeliling di fasilitas pertanian yang ia miliki. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah gudang penyimpanan kentang. Gudang ini adalah tempat penyimpanan bibit kentang, ukurannya lebih kecil dari kentang biasa. Semua bibit kentang yang ia miliki sudah ada pembelinya. Siapa? Koperasi Pertanian JA. Karena dia juga anggota koperasi pertanian, sehingga hampir seluruh hasil pertanian nya dibeli oleh JA. Pembelinya jelas, harganya juga jelas. Koperasi pertanian JA bekerjasama (kontrak) dengan perusahaan jasa angkutan untuk mengangkut seluruh hasil petani ke gudang JA. 

Gudang kentang


Bibit kentang

Setelah itu, dia membuka salah satu kontainer yang berada tepat di depan gudangnya, sebagai tempat penyimpanan pupuk. Hampir semua juga pupuk yang berada di kontainer tersebut dibeli dari Koperasi Pertanian JA. Yang unik, para petani disini benar-benar tidak ingin mencemari lingkungan. Galon serta jerigen tempat pupuk setelah kosong, mereka cuci lalu dikembalikan lagi ke JA. Recycle. Tanpa limbah, karena jerigennya bisa dipakai lagi sebagai wadah pupuk yang sama. 

Kontainer penyimpan pupuk
Sekitar 30 meter dari gudang, ada lagi tempat penyortiran kentang yang ia miliki. Kentang yang telah dipanen disortir lagi dengan bantuan mesin. Tanpa banyak tenaga, banyak pekerjaan mampu diselesaikan karena semuanya menggunakan mesin. Mulai dari proses menanam, pemupukan, panen, sortir, semuanya menggunakan mesin. Untuk mengangkut pun menggunakan forklit. 

Traktor penyemprot pupuk


Mesin pemanen

Proses sortir




Kentang diangkut menggunakan forklit


Sangat efektif dan efisien. Wajar, karena semua aktivitas tani dibantu mesin. Sepertinya agak susah diterapkan di Indonesia, karena apabila semuanya dimekanisasi, akan banyak orang yang kehilangan mata pencaharian. Sebut saja para buruh tani yang mengandalkan penghasilan dari menanam dan memanen.


Tidak ada komentar: