Rabu, 10 Oktober 2018

Hari ke - 31 : Report Preparation

"Kami juga dulu begitu. Sama seperti kalian. Demi mengejar pembangunan, kami melupakan satu hal yang sangat penting. SUSTAINABILITY. Keberlanjutan. Minyak bumi, gas alam, batu bara..semuanya terbatas. Akan tiba masanya habis. Karena itu Pemerintah Jepang telah mengubah haluan. Tidak boleh lagi merusak lingkungan. Energi terbarukan sekarang banyak diterapkan. Tenaga surya, tenaga angin, biogas, sekarang banyak dipakai. Jadi sebelum kalian mendahulukan pembangunan dengan beragam proyek dan kegiatan, jangan pernah pisahkan dari keberlanjutan lingkungan." Kami mengangguk menyetujui pendapat instruktur kami, Pak Tsuboi di sela-sela menyelesaikan laporan presentasi di akhir pelatihan ini.

Panel tenaga surya. Dimana-mana sangat mudah ditemui

Tidak heran jika pemerintah Jepang menerapkan aturan ketat untuk lingkungan. Merokok hanya boleh pada tempat-tempat tertentu. "Ada yang merokok?" tanya Pak Tsuboi pada satu kesempatan. Tidak satu pun dari kami yang angkat tangan. Tersenyum lebar dia karena baru kali ini ada angkatan pelatihan yang tidak ada perokok. Biasanya, ada 1 atau 2 orang.

Selain aturan merokok, pengelolaan sampah juga menjadi aturan ketat disini. Sampah harus dibedakan menjadi beberapa jenis. Paling sedikit 2, "burnable" (bisa dibakar, seperti kertas) dan "non-burnable" (tidak boleh dibakar, seperti plastik). Yang lebih banyak bahkan ada sampai 6 tempat sampah berjejer, semua jenis sampahnya beda. 

Ayo..dipilih..dipilih..😄

Bisakah negara kita menerapkan sistem pembagian sampah seperti ini? Jawabannya rumit. Mengapa? Karena di Jepang tidak ada pemulung, sementara di negara kita ada. Penghasilan mereka berasal dari memilah sampah, umumnya di tempat pembuangan akhir. Akan banyak orang kehilangan penghasilan jika sistem ini diterapkan. Sama halnya dengan penerapan mekanisasi pertanian, akan banyak buruh tani yang kehilangan penghasilan. Setidaknya yang bisa kita lakukan adalah dengan memilah sampah organik (sampah dapur, kertas, dll) dengan sampah non-organik (plastik, kaca, kaleng, dll). Lalu sampah organik tadi dapat kita jadikan kompos.

Saya jadi ingat waktu menonton salah satu program tv NHK, yang menampilkan kerusakan lingkungan yang terjadi di beberapa negara berkembang. Salah satunya Indonesia. NHK menyoroti Jakarta yang kerap mengalami banjir. Salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim, yang diakibatkan penggunaan batu bara. Ketika wartawan NHK mewawancarai salah seorang pegawai Kementerian ESDM, mengapa tetap menggunakan batu bara padahal berdampak sangat buruk terhadap lingkungan. Jawabannya karena batu bara ini jauh lebih murah dibandingkan energi yang lain sehingga mampu mendorong industri dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Narator NHK sempat menyindir, tidak peduli Jakarta tenggelam asal pertumbuhan ekonomi bisa tinggi 😅

Aturan ketat tentang lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik hampir seluruh warga Jepang. Dampaknya, mulai dari sekolah, gedung perkantoran, perusahaan kecil hingga besar semuanya bersih dan teratur. Kami melihat langsung bagaimana bersihnya pabrik mesin alat pertanian, K's Farm dan Koperasi Pertanian Shihoro yang menerapkan sistem "tanpa limbah" karena diolah lagi atau Recycle. Hampir semua instansi baik pemerintah maupun swasta juga menerapkan 5S dan Kaizen. 

Pekerjaan kecil, namun memberikan dampak yang sungguh luar biasa.

Budaya baik, mari kita tiru!

Tidak ada komentar: