Kamis, 20 September 2018

Hari ke-11 : Masuya Bakery

Toko roti Masuya Bakery
Berdiri sejak berakhirnya Perang Dunia ke II tahun 1950. Sudah 68 tahun perusahaan ini berdiri. Sebagai toko roti yang terkenal di Tokachi, toko ini memiliki visi yaitu ingin menjadikan Tokachi sebagai kerajaan roti tahun 2030. 

Bukan tanpa sebab instruktur kami sengaja mendatangi lokasi ini sebagai lokasi untuk belajar. Ada ciri khas yang dimiliki toko roti ini. Semua bahan bakunya menggunakan bahan baku lokal. Mulai dari gandum, (bahan utama), sayuran, keju, dan bahan lain untuk pembuatan roti, semuanya menggunakan produk lokal Tokachi. 

Seperti yang pernah saya bahas sebelumnya, daerah Tokachi merupakan daerah pertanian dan salah satu produk yang dihasilkan daerah ini adalah gandum. Perusahaan ini berkomitmen untuk menggunakan hanya produk lokal Tokachi. Tidak hanya memberikan dampak positif kepada perusahaan, tetapi juga kepada para petani. Perusahaan ini sangat menjaga citra nya untuk menghasilkan roti dengan kualitas tinggi dan memberikan produk yang benar-benar baru diproduksi kepada konsumen.


Pada saat tiba di toko roti ini, sudah banyak orang yang mengantri untuk membeli roti. Mengambil talang dan penjepit yang berada dekat pintu masuk, dan memilih roti yang ingin dibeli. Terdapat banyak roti dengan beragam bentuk, warna dan aroma menggelitik hidung kami. Saking banyak nya, tidak tau yang mana ingin diambil. Tetapi harus berhati-hati bagi yang Muslim, karena ada beberapa roti yang menggunakan daging babi. Untung saja teman yang berasal dari Ghana sempat bertanya, padahal roti yang ia ambil sudah berada di talangnya. Gratis? Tidaklah. Saya mengambil 4 jenis roti dengan harga lebih dari 700 yen. 




Toko ini memiliki halaman yang sangat luas. Halamannya hijau dipenuhi rumput dan di beberapa tempat sengaja disimpan gulungan jerami sebagai arena bermain untuk anak2. Anak-anak yang pakai kumis dan janggut juga tidak lupa ikut jalan-jalan di halaman.


Pak Sugiyama mendemostrasikan
cara membuat pizza
Setelah menikmati roti sebagai makan siang kami di tempat ini, kami lalu diajak oleh Direktur Eksekutif Masuya Bakery untuk mendemokan bagaimana cara membuat pizza. Kami diajarkan mulai dari melebarkan adonan, kemudian bagian atasnya dilumuri saus tomat, keju, jagung manis, jamur, kentang, daun kemangi. Semua bahannya merupakan produksi hasil Tokachi. Tanpa menggunakan bahan impor sedikit pun, terutama gandum. 

Ternyata mudah membuat pizza. Yang susah adalah peralatan dan perlengkapannya..😄
Tidak sampai 10 menit, pizza kami pun jadi. Kami lalu diarahkan ke teras toko untuk berdiskusi dengan Pak Sugiyama, selaku Direktur Eksekutif. Orangnya sangat ramah. Dia juga lah yang mengajarkan langsung kepada kami tentang cara membuat pizza. 

Dari hasil diskusi kami, perusahaan ini sengaja tidak menggunakan gandum impor karena ingin mengambil peran untuk turut mensejahterakan para petani. Padahal sebenarnya gandum impor jauh lebih murah jika dibandingkan dengan gandum lokal. 30 tahun lalu memang produksi gandum Tokachi tidak sebanyak sekarang, dan kualitasnya pun masih tidak stabil. Namun seiring perkembangan, Tokachi telah memiliki banyak persediaan gandum dan perusahaannya ingin memberi nilai tambah terhadap produk lokal Tokachi. 

Chef pizza andalanG
Berdiskusi dengan Pak Sugiyama

Saya jadi teringat ketika menghadapi para UKM yang melakukan konsultasi kemasan dengan Orita san. Ada satu pertanyaan wajib yang kami lontarkan kepada UKM. Apa ciri khas produk Anda. Jika perusahaan ini diberikan pertanyaan serupa, pasti jawaban mereka..

"Local Production Local Consumption"



Roti Maros???







Tidak ada komentar: