Sabtu, 22 September 2018

Hari ke-13 : Rainy Day

"Sorry, no bicycle today", kata petugas JICA di front desk. Apes dah..padahal rencana hari ini mau keluar bersama rekan-rekan. Front desk sengaja tidak meminjamkan sepeda kepada siapapun hari ini karena lagi hujan. Sejak kami tiba, ini adalah hujan pertama kami disini. Suhu pun mulai menurun mendekati bulan Oktober, karena saat ini sedang musim gugur menuju musim dingin.

Ada yang ingin pergi museum, ada yang ingin pergi shopping...namun karena tidak boleh meminjam sepeda, akhirnya banyak yang tidak jadi keluar. Hanya 4 orang saja yang tetap nekat keluar, peserta dari Nepal, Eswatini, Laos, dan tentu saja...Indonesia..😁. Kami menggunakan taksi untuk pergi ke lokasi tujuan dengan jarak sekitar 6 km. Yang unik, penumpang tidak perlu membuka pintu penumpang, karena dibuka otomatis oleh sopir. 


Begitu masuk ke dalam taksi, argo sudah menunjukkan angka 550 yen (73rb). Waduh..untung kami berempat, jadi ongkos taksi nya bisa dibagi. Tapi, terus terang, sementara di perjalanan, tidak ada yang menikmati pemandangan sekitar. Semua mata fokus melihat argo yang naik banyak demi banyak..😂

Salah satu toko barang bekas di kota Obihiro
Salah satu tujuan kami adalah second hand shop alias toko barang bekas. Tapi jangan mengira toko barang bekas seperti barang loakan. Toko barang bekas disini tidak ubah layaknya mall, yang menjual barang-barang baru. Terdapat etalasi yang mamajang setiap barang berdasarkan kelompoknya, mulai pakaian hingga elektronik. Hampir semua barang dalam kondisi bagus. Jika ada barang yang memiliki cacat, khususnya barang elektronik..toko sudah menuliskan komponen apa yang rusak. Harga mati! Tidak ada tawar menawar. Semua barang telah memiliki label harga. Walaupun bekas, orang Jepang juga banyak yang mengunjugi toko seperti ini. Dan tersebar hampir di setiap kota. 

Sempat terjadi kesalahpahaman ketika kami memasuki toko ini. Sebelumnya, kami sudah memiliki sejumlah barang belanjaan di toko lain. Ketika kami masuk, petugas toko dengan ramah menyapa kami. Melihat kantong bawaan kami, kami diarahkan ke salah seorang petugas toko yang lain. Sama sekali tidak paham dengan bahasa mereka, kami mengira barang yang kami bawa disimpan di tempat penitipan. Biasanya kan seperti itu, ada tempat penitipan ketika kita akan masuk ke sebuah toko. 

Setelah selesai dan hendak pulang, barang yang kami titip di atas meja sudah tiada. Ternyata petugas toko yang tadi telah membongkar barang yang kami bawa sebelumnya. Mereka mengira barang yang kami bawa hendak dijual ke mereka. Terpaksa barang yang kami bawa dicari ulang dan dikembalikan kepada kami. 

Saya juga baru ingat di setiap toko tidak ada yang namanya tempat penitipan. Semua barang bawaan menjadi tanggungjawab masing-masing. Tidak ada petugas toko yang mengikuti kemana pun kami pergi karena khawatir ada barang jualan mereka yang hilang. 

Lain kali tidak ada lagi titip menitip! 😄


Tidak ada komentar: