Minggu, 23 September 2018

Hari ke- 14 : Ping Pong Match

Ping Pong Match di Churui
Ping Pong Match in Churui. This event is tomorrow. Mengingatkan kami tentang kegiatan pertandingan ping pong yang telah kami daftar sebelumnya. Tidak semua peserta ikut, hanya yang berminat saja dan telah mendaftarkan diri di Front Desk Jica Obihiro. Tepat pukul 8.30, mobil datang mejemput kami menuju ke lokasi acara, di Kota Churui yang menempuh waktu sekitar 1 jam perjalanan dari Kota Obihiro. 


Sepanjang perjalanan kami masih disuguhkan dengan pemandangan hijau terbentang dengan beragam komoditi pertanian. Kami juga sempat berbincang dengan koordinator kegiatan yang juga turut menemani kami kesana. Dia sempat menjelaskan, salah satu komoditi andalan di Tokachi adalah sugar beet. Tanaman ini adalah bahan utama untuk membuat gula. Bentuknya mirip seperti wortel, berwarna putih dengan bentuk yang lebih gemuk. Jika di wilayah iklim tropis seperti Indonesia menggunakan tebu sebagai bahan baku gula, di wilayah dengan 4 musim menggunakan sugar beet karena tebu tidak bisa tumbuh di daerah ini. 

Sugar Beet
Ada satu pertanyaan yang sempat dilontarkan oleh teman kami ke koordinator, mengapa tidak ada saluran irigasi di Tokachi. Lahan pertanian sangat luas namun sedikit pun tidak ada saluran irigasi. Dia menjelaskan, daerah ini tidak memerlukan saluran irigasi karena sepanjang tahun air tersedia. Petani tidak perlu menyiram tanaman mereka karena tanah nya tetap basah. Faktor utamanya adalah karena bagitu musim salju, tidak ada tanaman yang bisa tumbuh, dan setelah selesai musim salju, air akan sangat banyak tersedia. Ketika musim panas, hujan sering turun. Selain itu, hutan sangat dijaga sehingga tetap menjaga pasokan air di daerah ini.

Sejam berlalu, kami pun tiba di Churui. Kota ini memang kecil. Kami diajak ke salah satu gedung onsen (tempat pemandian air panas), dan pelaksanaan lomba ping pong nya berada di salah satu ruangan di gedung tersebut. Sudah banyak peserta lokal yang tiba lebih dahulu. Selesai registrasi, kami juga diberi tiket untuk masuk museum dan pemandian air panas. 

Gedung tempat acara berlangsung yang juga merupakan sebuah onsen
Lomba ping pong ini bukan seperti yang biasa. Apa yang membuat lomba ini unik? Semua peserta menggunakan bet yang dari sandal dan terdapat boneka kepala gajah di atasnya. Meja ping pong nya juga sangat kecil dengan net yang tinggi. Kami semua cukup kaget karena tidak mengira jika ukuran mejanya sangat mungil. Tidak hanya itu, ada beberapa peserta lokal yang mengenakan kostum unik dengan dandanan wajah yang tidak kalah unik. Lomba ini terbuka untuk semua umur, mulai dari anak-anak hingga orangtua juga ikut. Lomba ini adalah kejuaraan dunia. Ada 10 negara yang mendaftar termasuk Indonesia 😁. Peraturan lomba juga sangat unik. Hanya satu set, dengan jumlah poin 12. Setiap peserta yang menang langsung lolos ke babak berikutnya. Saya? Alhamdulillah hampir menang.
Bukan bet biasa

Dandanan unik. Anak-anak juga dapat berpartisipasi sebagai peserta

Hampir menang
Karena kalah duluan dan sambil menunggu hingga pertandingan babak final, saya menyempatkan diri berkunjung ke museum dengan tiket yang sudah diberikan sebelumnya. Jaraknya hanya sekitar 100 meter dari lokasi acara. Di museum ini memamerkan fosil gajah yang ditemukan di daerah ini, Churui. Pantas saja ada banyak ornamen dan gambar gajah yang dipakai ketika bermain ping pong. Gajah sudah menjadi ciri khas daerah ini, walaupun satu-satunya gajah yang hidup hanya ada di Obihiro zoo. Tidak ada lagi di Churui. 

Museum Churui
Fosil gajah yang dipamerkan
Tidak jauh dari museum, juga ada toko souvenir yang hanya menjual produk-produk lokal. Di halaman parkir juga ada beberapa UKM yang menjual dagangan mereka. Sepertinya, ini adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap akhir pekan, sehingga UKM mendapatkan kesempatan untuk berdagang.

lahan tempat berdagang UKM
Kembali ke tempat lomba, babak final baru saja akan dimulai. Tidak ada satu pun dari kami yang lolos hingga semifinal..😄. Pertandingan sangat seru karena rally yang panjang. Finalis tidak yang berani melakukan smash karena meja yang sangat kecil. Akhirnya, salah satu penduduk menjadi juara pada lomba ini. Setelah penutupan sekitar pukul 4, kami kembali menuju Jica Center. 








Tidak ada komentar: