Sabtu, 15 September 2018

Hari ke-6 : The Marshmallow Challenge



Sebelum memulai Marshmallow Challenge, kelas dimulai dengan kondisi pertanian di Jepang, khususnya di daerah tempat kami menerima pelatihan, yaitu di Hokkaido, Tokachi District.
Tetapi sebelum menjelaskan tentang kondisi pertanian di Jepang, Shinichi san sempat memberikan informasi tentang kondisi umum tentang Jepang. Salah satunya adalah agama yang dianut. Umumnya, penduduk Jepang penganut agama Budha dan Shinto. Menariknya, penduduk Jepang tidak terlalu memikirkan tentang identitas agama mereka. Ketika hari besar keagamaan khususnya Budah dan Shinto mereka merayakan namun ketika Natal mereka juga merayakannya. Mereka tidak terlalu peduli dengan agama mereka.

Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa penduduk Jepang yang tidak terlalu patuh dalam beragama tetapi mereka melaksanakan nilai moral yang begitu tinggi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Shinichi san menjelaskan, mengapa moral bangsa Jepang begitu tinggi, karena mereka menerapkan nilai confucianism dan bushido. Mereka menjunjung tinggi  nilai kemanusiaan, keadilan, ritual, pengetahuan dan integritas. Tentu saja nilai-nilai ini telah mereka tanamkan sejak usia dini.


Ada yang menjadi perhatian saya ketika diberikan informasi tentang berapa pajak impor yang dikenakan terhadap beberapa produk pertanian. Lihat saja besaran prosentase yang dikenakan. Luar biasa tinggi!. Apalagi untuk produk beras. Mencapai 778%. Bukan tanpa alasan pemerintah Jepang menerapkan aturan ini.

  1. Jepang ingin menjaga ketahanan pangan mereka. Caranya, dengan tetap menjaga produktivitas beras. Harus konsumsi beras dalam negeri. Sebisa mungkin tidak melakukan impor. Bisa dibayangkan bagaimana jika suatu negara bergantung dengan impor beras dari negara tertentu, seperti Cina misalnya. Sebagai penghasil beras terbesar di dunia. Apabila suatu saat Cina menghentikan ekspor beras nya, negara pengimpor pasti akan kena imbas karena kekurangan pasokan beras.
  2. Jepang sangat menjaga keamanan pangan. Jika ditanam sendiri dalam negeri, penggunaan bahan kimia bisa diatur sehingga tetap aman dikonsumsi oleh rakyat. Jangan sampai mengimpor beras, kelihatan sangat cantik tetapi ternyata memakai pemutih. 


Setelah menyampaikan informasi tentang kondisi Jepang dengan pertaniannya, kami lalu dibagi menjadi 3 kelompok. Saatnya MARSHMALLOW CHALLENGE. Saya satu kelompok dengan peserta asal Fiji dan Sudan Selatan, yang merupakan negara paling muda di dunia karena baru dibentuk 2017 lalu.

Kelompok sudah dibentuk..lalu setiap kelompok diberikan 20 batang stik spageti mentah. 1 meter solasi, dan 1 meter tali. Jangan lupa marshmallow nya, karena bagian ini yang paling penting dalam tantangan ini. Sempat bingung, mau diapakan ini? Marshmallow nya mau dimakan..tapi cuman 1, sedangkan kami bertiga..😀

Kami lalu diberi instruksi tentang tantangan ini. Tantangannya adalah, buat konstruksi dengan bentuk apapun dari stik spageti, lalu tempatkan marshmallow nya di bagian paling atas dari konstruksi. Siapa yang PALING TINGGI, kelompok nya lah yang menang. Syarat dan ketentuan berlaku:

  1. konstruksi spageti tidak boleh ditopang apapun, dipegang, apalagi sampai diangkat tinggi-tinggi seperti gambar disamping
  2. gunakan sedikit mungkin perlengkapan yang diberikan, yaitu solasi dan tali
  3. keseluruhan marshmallow harus berada di atas, tidak boleh dipotong kecil2 apalagi sampai dimakan
  4. waktu hanya 18 menit..MULAI!
Dikejar waktu! Konstruksi harus jadi. Sempat membahas sedikit tentang bentuk yang akan kami buat. Ah! sempat digambar tapi karena waktu yang sangat terbatas, konstruksi nya langsung kami buat. 20 detik lagi! Waktu begitu cepat, perasaan tadi masih hitungan menit tiba2 saja sudah berubah jadi hitungan detik.

SELESAI!!!

Dua kelompok yang lain tidak berhasil membuat konstruksinya berdiri. Alhamdulillah kami berhasil membuat konstruksinya tetap berdiri. Kami pemenangnya? BUKAN! Karena kami tidak berhasil menyelesaikan tepat waktu. Tetapi setidaknya konstruksi kami masih bisa berdiri dibanding dua kelompok yang lain...😁


Apa yang kalian dapatkan dari tantangan ini? kata Shinichi san sebagai pengajar kami. Dia lalu menjelaskan..Umumnya beberapa kelompok membutuhkan sekian menit untuk merencanakan, kemudian membuat konstruksi nya, lalu Ta-Da! Berhasil!.  
Tetapi ternyata tidak! Karena begitu Marshmallow nya berada di puncak, tiba-tiba saja konstruksi nya bengkok, atau malah runtuh. Padahal marshmallow itu sebenarnya sangat ringan. Jika kita mengangkatnya pakai tangan. Lain halnya jika ditopang oleh spageti. Banyak kelompok yang berteriak Oh-No!
Tantangan ini pernah diujicoba ke beberapa kelompok, yaitu pelajar sekolah bisnis, pengacara, anak TK, arsitek dan CEO. Dari semua kelompok tersebut, siapa yang mendapatkan nilai paling rendah? kata pengajar kami. Beberapa dari kami ada yang menjawab anak TK, sekolah bisnis, ada juga yang memilih CEO. Ketika hasilnya diperlihatkan, ternyata kelompok yang paling rendah adalah pelajar sekolah bisnis. Yang cukup mengejutkan, malah anak nilai anak TK mampu melampaui nilai rata-rata, mengalahkan nilai pelajar sekolah dan pengacara!

Mengapa? Karena anak TK memulai konstruksi mereka sedikit demi sedikit. Penuh percaya diri. Tanpa takut gagal sedikit pun. Mereka mengkesplorasi berbagai macam bentuk. Runtuh, dibangun lagi! Sangat berbeda ketika kami melakukannya pada saat itu. Kami TERLALU FOKUS agar bagaimana membangun konstruksinya. Setelah konstruksi jadi, marshmallownya ditempatkan di atas, konstruksi langsung runtuh. Marshmallow nya kini menjadi "masalah". Kita terlalu fokus kepada spageti, tetapi masalah utama sebenarnya ada pada Marshmallow! Begitulah kita...kadang-kadang terlalu memandang remeh suatu masalah yang ada di sekitar kita. Lihat saja bagaimana anak TK melakukannya. Begitu banyak bentuk, begitu banyak cara.. Anak TK mencoba membangun konstruksinya pada setiap proses. Apabila berhasil, mereka membuatnya menjadi lebih tinggi. Mereka tidak menunggu sampai rencana mereka berhasil.

Lihat saja bagaimana perbedaan antara pelajar sekolah bisnis dan anak TK dalam memandang marshmallow ini.



Nah! Sekarang mari kita lihat lagi grafik dibawah. Kita dapat melihat ada perbedaan tingkat keberhasilan yang cukup besar antara CEOs dan CEOs + Executive Admins. Mengapa ada tingkat perbedaan yang cukup besar disini? Seberapa besar pengaruh Executive Admin (sekretaris/pendamping)?

Kehadiran Executive Admins ini memberikan nilai positif karena apabila seorang yang telah ahli lalu difasilitasi/dibantu oleh seseorang yang juga ahli, maka akan memberikan tingkat kesuksesan yang lebih tinggi.


Kami kemudian diberikan lagi contoh kasus yang lain. Grafik dibawah adalah tingkat keberhasilan kelompok dalam membangun struktur menopang si Marshmallow. Mulai dari tinggi 20cm hingga paling rendah dibawah 10cm, dan 4 kelompok yang lain tidak berhasil membuatnya.
 Agar semua kelompok dapat berhasil, kemudian dibuat suatu hadiah. Kelompok mana saja yang mampu mendapat ukurang paling tinggi, akan diberi hadiah sebesar 10.000 dolar. Atau mari kita menyebutnya sebagai Insentif.

Apa yang terjadi? Apakah semua kelompok berhasil membuat struktur dengan yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya? Karena sebelum ada pemberian Insentif, 6 dari 10 kelompok berhasil membangunnya.
Ternyata TIDAK! Karena semua kelompok begitu fokus dengan Insentif (hadiah). Sangat berambisi untuk mendapatkan hadiah tersebut. Fokus mereka kini hanya bagaimana agar bisa mendapatkan Insentif. Akhirnya, tidak ada satu pun yang layak mendapatkan Insentif.
Empat bulan kemudian...
Sembilan dari sepuluh kelompok mampu mendirikan konstruksi dengan tinggi lebih dari 30cm. Perbedaannya sangat jauh dengan 4 bulan sebelumnya. Mengapa bisa berhasil? Karena adanya Insentif, ditambah dengan pengalaman dan pengetahuan selama 4 bulan tentang bagaimana cara mereka bisa membuat konstruksi untuk marshmallow setinggi mungkin.


Marshmallow dipandang sebagai suatu "masalah" yang harus dipercahkan. Spageti dipandang sebagai "proses". Sebagai suatu asumsi. Dan sangat penting untuk terus menguji asumsi tersebut agar mendapatkan jawaban yang tepat sebagai suatu penyelesaian masalah.

IRODORI

Pak Yokoishi
Di penghujung sesi hari ini, kami diberikan suatu contoh kasus yang terjadi di Kota Kamikatsu, terletak di Tokushima Prefecture melalui tayangan video berdurasi 20 menit.

Desa ini mengalami masalah depopulasi yang akut. Populasi pada 1955 sebanyak 6.200 orang, dan pada 2005 menurun drastis menjadi hanya 2.100 orang. Sementara itu, 45% dari 2.100 orang itu adalah orang berumur lebih dari 65 tahun. Desa Kamikatsu hanya bergantung dari hasil pertanian. Tanpa industri. Penduduk usia muda tidak ingin lagi tinggal di Kamikatsu. Mereka ingin pergi ke kota untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.

Pada 1979, seorang anak muda lulusan perguruan tinggi bernama Tomoji Yokoishi datang ke desa ini sebagai pegawai salah satu koperasi pertanian. Dia menjadi sangat khawatir melihat keadaan desa ini. Penduduk desa hanya bisa mengeluh. Banyak penduduk mengatakan bahwa desa ini sudah tidak memiliki lagi harapan. Tujuan mereka sekarang adalah bagaimana agar keluar dari desa lalu pindah ke tempat lain. Dia mencoba bagitu banyak cara, bagaimana agar dapat menemukan jalan keluar yang tepat dari masalah ini. Mengingat hampir setengah dari penduduk desa ini adalah orang tua.

Suatu hari, dia singgah di suatu restoran tradisional Jepang. Di restoran  yang ia singgahi menggunakan dedaunan sebagai dekorasi makanan. Di Jepang, dedaunan ini dikenal sebagai akesesoris dan dekorasi untuk makanan mewah. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang. Nalarnya jalan.."Ini dia!"
Kamikatsu memiliki banyak dedaunan yang cantik. "Inilah terobosan yang selama ini saya cari". Sudah banyak terobosan yang ia coba lakukan tetapi tidak berhasil. Kali ini dia yakin!

Kembali ke desa Kamikatsu, dia kemudian mulai menawarkan idenya kepada penduduk agar menjual daun. Dia menamakan proyek ini "IRODORI" yang berarti dekorasi beragam warna.

Tetapi..

Banyak orang yang menertawakannya. Penduduk desa mengatakan, siapa juga yang mau membeli daun?! Daun ada banyak sekali di Jepang. Idenya menjadi bahan candaan bagi mereka. Sudah ditebak sebelumnya, mereka gagal menjual daun pada awalnya. Bagaimanapun, dia tidak mau menyerah dengan mudah. Dia mengumpulkan informasi tentang jenis dedaunan yang paling banyak dibutuhkan dan bagaimana cara pemakaiannya. Dia mengunjungi pasar dan restoran setiap hari untuk mendapatkan ide baru. Dia menemukan bahwa ada beberapa jenis daun yang banyak dibutuhkan di pasar dan semua jenis daun tersebut tumbuh dengan alami di pegunungan Kamikatsu.Pak Yokoishi mendapat dorongan hasil penemuannya untuk mengajak semua orang. Dia mengunjungi penduduk desa seorang demi seorang.

Pada saat melewati jalan di desa Kamikatsu, Ibu Shimosaka (penduduk desa setempat, sudah berusia lanjut) melihat tanaman yang biasa ia gunakan untuk membuat mainan pada saat kecil dulu. Ibu ini lalu membuat miniatur perahu yang terbuat dari dedaunan lalu menunjukkannya kepada Pak Yokoishi. Bentuknya perahunya sangat cantik dengan warna hijau yang berkilau. Produk kecil ini akhirnya booming di pasaran sebagai tempat untuk menaruh wasabi, bumbu khas Jepang.




Dengan adanya pengembangan produk ini, Pak Yokoishi membuat beragam bentuk seperti kipas, timba, angsa dll yang cocok sebagai dekorasi makanan Jepang. Dedaunan tidak memiliki nilai apa-apa sebelumnya. Tetapi karena telah diubah bentuk dan memiliki nilai, harganya bisa mencapai 1 dolar/item. Dedaunan yang tidak ada gunanya sama sekali kini berubah menjadi sumber daya alam sangat bernilai melalui IRODORI. Nilai tambah mampu diciptakan. Semua bergantung dari bagaimana cara kita memandang dedaunan ini.

IRODORI menjadi proyek yang sangat sukses. Pasar mulai mengenal Irodori ini berkat kerja keras Pak Yokoishi. Pada awalnya, penjualan Irodori hanya mencapai 9.000 dolar per tahun. Setelah 10 tahun, penjualan tahunan Irodori mampu menembus 1,7 juta dolar/tahun! Pencapaian  yang sangat luar biasa. Mata saya sempat berkaca-kaca melihat video ini. Penduduk desa Kamikatsu kini melihat pegunungan di sekitar mereka sebagai sumber daya alam yang sangat berharga. Padahal sebelumnya mereka tidak memiliki kebanggaan apa-apa terhadap desa mereka. Hampir saja desa ini menjadi desa mati yang ditinggalkan oleh penduduknya karena sudah tidak memiliki harapan. Kini mereka bangga terhadap desa mereka. Yang sebelumnya ingin hijrah menuju kota, seketika berubah.


Dedaunan sangat ringan dan mengumpulkannya tidak memakan waktu yang banyak. Pekerjaan yang sangat cocok dijalankan oleh penduduk desa yang umumnya berusia lanjut. Ada penduduk desa yang kini mampu mendapatkan penghasilan mencapai 5.000 dolar/bulan. 20 tahun sebelumnya, mereka hanya mampu mendapatkan penghasilan 1.700 dolar/TAHUN! Lihat perbandingannya. Beda sekali!

Apa yang membuat Irodori sukses? Tidak lain karena kepemimpinan yang kuat dari Pak Yokoishi dan mampu meneliti pasar dengan baik. Dia mengumpulkan informasi pasar setiap hari agar pasokan tetap terjaga. Membentuk koperasi yang beranggotakan kebanyakan perempuan, membeli lalu memasarkan produk mereka.

Tidak hanya itu, Kamikatsu kini menjadi daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara setiap tahun.









Tidak ada komentar: