Senin, 10 September 2018

Hari ke-1 : JICA International Tokyo

Are you from Nepal?

No, I'm from Indonesia

Ah...Indonesia...Assalamu'alaikum..

Kata petugas JICA yang menjemput saya di bandara Haneda, Tokyo..
Sambil tertawa saya jawab salamnya, kaget juga tiba-tiba dia kasi salam.

Ternyata memang dia menunggu salah satu peserta juga yang berasal dari Nepal. Sebelumnya, peserta asal Laos sudah tiba. Seharusnya jumlah peserta adalah 15 orang dari negara yang berbeda..tetapi hanya kami bertiga yang datang terlebih dahulu.

Setelah peserta asal Nepal tiba, kami lalu diajak petugas JICA untuk menaiki taksi yang telah siap untuk mengantar kami bertiga menuju JICA Tokyo International Center.

Rumor yang saya dengar itu benar. Jangan coba-coba naik taksi di Jepang. Harganya luar biasa mahal. Baru buka pintu saja sudah menunjuk angka 400 Yen. = 54rb. Perjalanan dari bandara Tokyo menuju JICA membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Mulai jalan tol sampai terowongan kami lewati. Saya cukup kaget waktu melintas salah satu ruas jalan yang ada palang nya..Pak sopir tidak sedikit pun memelankan taksinya padahal di depan ada palang. Hampir saja saya bilangi..Pak, ada palang depan Pak..Yang pastinya walaupun saya teriak dia tidak akan ngerti bahasa Indonesia. Tiba-tiba saja palang tadi secepat kilat terangkat. Kaget saya...Pantas saja pak sopir cuek dengan palang nya, saya yang kaget setengah mati karena saya duduk di depan, dan 2 teman yang lain duduk di belakang. Rupanya tanpa berhenti pun palangnya otomatis akan naik apabila mobil mendekat. Tidak perlu nempel-nempel kartu lagi..hehe
Bersama peserta asal Laos dan Nepal
Benar saja. Tiba di JICA Tokyo Center, mesin argo tertera 8.331 yen = 1.120.000. Ngeri!!!

Setelah mendapat kunci kamar dan mendapat briefing singkat tentang aturan di JICA Center, kami lalu pergi ke restoran untuk sarapan. Lalu ke kamar masing2. Nah, yang bikin horor juga pas di kamar. Toiletnya pakai tombol. Begitu duduk untuk BAB, langsung terasa hangat..Begitu mau mandi, sempat bingung dengan putaran kerannya. Sekedar menebak, mungkin tombol hijau ini yang tertempel di dinding tombol untuk shower. Tulisan jepang, soalnya..bukan bahasa Inggris. Begitu ditekan, alarm langsung saja berbunyi memekakkan telinga. Ternyata tombol yang tadi bukan tombol shower, tapi tombol PANGGILAN DARURAT. Darurat memang karena sy tidak tau cara matikan alarmnya. Tidak sampai 2 menit. langsung ada petugas yang mengetuk pintu..Sudah ada 2 orang depan pintu dengan muka agak cemas karena ada panggilan darurat. Muka saya juga cemas gara2 salah mencet tombol. Tidak lama kemudian datang lagi 2 orang, jadi ada 4 orang pengelola gedung yang datang untuk memastikan tidak terjadi apa2. Hadeh..terpaksa minta maaf gara2 keliru tombol.

Menurut jadwal, seharusnya kami langsung berangkat menuju Obihiro, Hokkaido setelah tiba di Tokyo. Namun karena musibah gempa bumi yang melanda Hokkaido, akhirnya keberangkatan kami ditunda selama 2 hari.

Mendapat peta dari resepsionis seputar lokasi JICA Tokyo, mata saya langsung tertuju pada tulisan Tokyo Mosque..Coba ke sana ah..memakan waktu sekitar 10 menit dari JICA Center. Begini penampakannya..

Tampak depan, tempat imam dan khatib

Sempat bertemu dengan salah satu jamaah asal Jerman

Tampak luar
Menaranya cukup tinggi menjulang
Masjid Tokyo berdiri megah dengan mayoritas penduduk non Muslim. Kembali ke JICA Center, ada begitu banyak peserta dari berbagai negara yang juga ikut pelatihan dengan tema yang berbeda. Sepertinya, mungkin ada ribuan peserta setiap tahun yang didatangkan ke Jepang untuk belajar dari negeri ini.

Perjalanan masih cukup panjang. Masih ada 33 hari kedepan, semoga dapat menyampaikan kabar melalui tulisan ini setiap hari, InsyaAllah.

Tidak ada komentar: